figshare
Browse
Firmansyah et al. 2016.pdf (2.13 MB)

Satu dekade pengelolaan Taman Nasional Wakatobi: Keberhasilan dan tantangan konservasi laut

Download (2.13 MB)
Version 2 2018-12-05, 19:07
Version 1 2018-08-20, 18:52
journal contribution
posted on 2018-12-05, 19:07 authored by F. Firmansyah, A. Musthofa, Estradivari Estradivari, A. Damora, C. Handayani, G.N. Ahmadia, J. Harris

Taman Nasional Wakatobi (TNW) merupakan salah satu kawasan konservasi laut paling awal yang ditetapkan di Provinsi Sulawesi Tenggara. TNW ditetapkan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 2002 dengan luas 1,39 juta hektar dan dibagi menjadi enam zona. Fungsi pemanfaatan dan perlindungan keanekaragaman hayati laut diintegrasikan dalam peraturan masing-masing zona yang berlaku. Dengan luas laut mencapai 97% dari luas daratan, Wakatobi merupakan biodiversity hotspot bagi perairan timur Indonesia. Tercatat 396 spesies karang keras dan 942 spesies ikan karang ditemukan dalam kawasan TNW. Selain biota ekosistem terumbu karang, Wakatobi juga menjadi habitat bagi spesies megafauna seperti paus, lumba-lumba dan penyu. Kekayaan hayati laut Wakatobi menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat Wakatobi sebagian besar menggantungkan hidupnya dari sektor kelautan. TNW tidak hanya menjadi sumber daya hayati laut yang penting namun juga menja. Laporan ini merupakan informasi komprehensif kondisi ekosistem, sosial dan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut Taman Nasional Wakatobi. Informasi ini diperoleh dengan menganalisis data primer dan sekunder yang dikumpulkan sejak tahun 2006 oleh pihak Balai TNW bersama mitra (Dinas Kelautan dan Perikanan Wakatobi, Universitas Haluleo, WWF dan TNC). Data ekosistem terumbu karang dikumpulkan dengan metode titik garis menyinggung (Point Intercept Transect – PIT) visual sensus bawah air (Underwater visual census – UVC). Luas habitat terumbu karang, lamun dan mangrove di ukur dengan menggunakan citra satelit tahun 2002, 2006, 2012 dan 2016. Data perikanan diperoleh dari resource use monitoring (RUM). Survei ini menggunakan teknik wawancara nelayan yang ditemui pada saat tim berlayar di rute yang telah ditentukan (sortie). Data sosial-ekonomi dikumpulkan dengan menggunakan teknik diskusi grup terkumpul (Focus Group Discussion – FGD) dan wawancara informan kunci (Key Informant Interview – KII). Status terumbu karang di TNW tergambar salah satunya dari persentase penutupan bentik. Karang keras dan karang lunak memiliki persentase penutupan rata-rata yang hampir sama yaitu ±25%. Persentase penutupan karang lunak dan karang keras tidak berbeda antar zona dan antar tahun sejak tahun 2009 (P>0,05). Selain karang keras, kondisi bentik terbaru ditandai juga dengan adanya fenomena pemutihan karang yang paling tinggi dibandingkan beberapa tahun terakhir (8,6%). Biomassa ikan di TNW berfluktuasi antar tahun 2009 dan 2016,Ikan ekonomis penting (Lutjanidae, Haemulidae dan Serranidae memiliki rata-rata biomassa 165,73 ± 24,33 kg/ha sedangkan untuk ikan fungsional (Acanthuridae, Scaridae dan Siganidae) memiliki biomassa 1.228,11 ± 85,03 kg/ha. Secara umum kelimpahan ikan fungsional dan ekonomis penting tidak berbeda nyata di zona larang tangkap dan zona pemanfaatan (P>0.05). Wakatobi memiliki beberapa lokasi spawning aggregation sites (SPAGs) untuk beberapa spesies ekonomis penting. Salah satu dari spesies tersebut yaitu kakap merah (Lutjanus bohar). Berdasarkan pengamatan ikan ini selang kelas antara 18 – 98 cm. Jumlah ikan terbanyak yang tercatat dalam satu pengamatan ada pada tahun 2014 dengan selang kelas antara 48 – 53 cm. Pendekatan yang dilakukan oleh pengelola telah mengubah kesadartahuan dan persepsi masyarakat terkait dengan isu pesisir dan laut Wakatobi. Hanya ada 8 – 13% informan kunci yang tidak tahu mengenai dinamika kondisi habitat pesisir dan laut. Sebagian besar informan, menyatakan bahwa terumbu karang, lamun dan mangrove mengalami peningkatan, stabil atau menurun kondisinya (25 – 46%). Selain itu, persepsi masyarakat terkait dengan ancaman ekosistem juga berubah seiring dengan waktu pengelolaan dan isu yang terjadi dalam kawasan. Antara tahun 2005 dan 2007, sebagian besar masyarakat Wakatobi menyatakan bahwa pengeboman dan pembiusan ikan menjadi ancaman yang paling serius bagi masyarakat. Namun, peryataan tersebut berubah di tahun 2016 ketika masyarakat menyatakan bahwa isu penambangan pasir dan sampah lebih mengancam dibandingkan dengan isu perikanan yang merusak (destructive fishing)

Performa pengelolaan kawasan TNW diukur dengan menggunakan score card. Metode ini merupakan metode seragam yang digunakan di kawasan taman nasional yang ada di Indonesia. Evaluas performa TNW untuk tahun 2007, 2011 dan 2015 mengalami fluktuasi yang tidak signifikan. Secara umum performa pengelolaan paling bagus ada di tahun 2011. Berdasarkan kajian dan evaluasi kondisi ekologi, sosial dan budaya TNW dalam satu dekade penetapan zonasi TNW (2007-2017). Tim penulis merekomendasikan tujuh poin yang dapat menjadi acuan untuk perencanan strategi pengelolaan di masa yang akan datang. Diharapkan rekomendasi ini dapat bermanfaat baik bagi pengelola maupun wilayah kelola sehingga kelestarian sumber daya hayati laut dapat terjaga dan masyarakat Wakatobi dapat hidup sejahtera dari sektor kelautan.

History

Usage metrics

    Licence

    Exports

    RefWorks
    BibTeX
    Ref. manager
    Endnote
    DataCite
    NLM
    DC