figshare
Browse
Laporan RHM SAP Flotim_2018_final_layouted with DOI.pdf (7.24 MB)

Pengamatan Terumbu Karang Untuk Evaluasi Dampak Pengelolaan di Suaka Alam Perairan (SAP) Flores Timur

Download (7.24 MB)
journal contribution
posted on 2018-11-29, 18:52 authored by Amkieltiela Amkieltiela, D.A. Andradi-Brown, F. Firmansyah, Estradivari Estradivari

Suaka Alam Perairan (SAP) Flores Timur merupakan kawasan konservasi seluas 150.000 hektar yang dicadangkan melalui SK Bupati No.4 Tahun 2014. Hasil survei ekologi oleh WWF-Indonesia tahun 2009 menunjukkan kawasan konservasi yang terletak di kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur ini memiliki keanekaragaman yang tinggi, yaitu dengan ditemukannya 345 jenis karang dan 210 jenis ikan karang. Pembentukan kawasan konservasi merupakan salah satu langkah untuk menjaga keanekaragaman ekosistem laut, namun untuk menyukseskannya, maka dibutuhkan pengelolaan yang efektif. Salah satu indikator untuk melihat efektifitas pengelolaan adalah kondisi kesehatan ekosistem terumbu karang. Oleh karena itu, pemantauan kesehatan terumbu karang yang rutin perlu dilakukan tiap 2-3 tahun sekali. 

Pemantauan kesehatan terumbu karang di SAP Flores Timur dilakukan pada tanggal 31 Maret – 6 April 2017 di 30 titik pengamatan (24 titik di dalam kawasan konservasi dan 6 titik di luar kawasan konservasi). Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Ekspedisi Alor Flotim (#XPDCALORFLOTIM) yang dilakukan dari tanggal 20 Maret hingga 6 April 2017. Pemantauan kali ini merupakan pengambilan data repetisi (T1) untuk melihat status dan tren perubahan ekosistem terumbu karang setelah 3 tahun. Data yang dikumpulkan antara lain karakteristik lokasi, tutupan bentik dengan menggunakan metode PIT (3 x 50 meter), serta kelimpahan dan biomassa ikan karang menggunakan metode UVC (5 x 50 meter) di kedalaman 10 meter. Metode yang digunakan terangkum dalam Protokol Pemantauan Kesehatan Terumbu Karang WWF-Indonesia (Amkieltiela & Wijonarno, 2015).

Secara umum, SAP Flores Timur terlihat mampu menjaga kesehatan ekosistem terumbu karang. Tahun 2017, kondisi ekosistem terumbu karang didalam kawasan lebih baik daripada diluar kawasan, ditunjukan tutupan karang lunak (9 + 1%), dan substrat tersedia (12 + 2%) yang lebih tinggi daripada diluar kawasan (berturut-turut 4 + 2% dan 3 + 1%). Hal yang sama terjadi pada kelimpahan dan biomassa 16 famili ikan karang yang berturut-turut lebih tinggi 1,5 dan 2 kali lipat dari diluar kawasan. Analisa tren menunjukkan tutupan karang keras didalam kawasan tetap stabil dari tahun 2014 hingga 2017 serta pecahan karang terlihat menurun sebanyak 45% (25 +

3% di tahun 2014 dan 14 + 2% di tahun 2017). Selain itu, SAP Flores Timur juga mampu meningkatkan biomassa ikan hingga lebih dari 2 kali lipat, yaitu dari 198 kg/ha di tahun 2014 ke 506 kg/ha di tahun 2017. Hal ini mungkin juga didukung dengan tekanan dari penangkapan ikan yang cenderung rendah karena masyarakat setempat lebih mengandalkan sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Mohebalian, et.al., 2016). Menurut Estradivari (2017), tutupan karang yang tinggi mampu meningkatkan kelimpahan dan biomassa ikan karang. Percepatan proses penetapan zonasi, meningkatkan patroli dan penegakkan hukum, serta mengaplikasikan aturan penangkapan ikan (harvest control rule) diharapkan dapat meningkatkan dampak dari pengelolaan kawasan konservasi sehingga dapat dirasakan secara optimal oleh masyarakat setempat dan sekitarnya.

History