figshare
Browse
laporan RHM KKP3K YAmdena_2018_layouted with DOI.pdf (4.52 MB)

Pengamatan Terumbu Karang Untuk Evaluasi Dampak Ekologi di Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Maluku Tenggara Barat 2017

Download (4.52 MB)
journal contribution
posted on 2018-11-29, 18:59 authored by T. Abdillah, Amkieltiela Amkieltiela, D.A. Andradi-Brown

Keanekaragaman ekosistem laut di wilayah Maluku Tenggara Barat teridentifikasi terkonsentrasi di pesisir utara, barat hingga bagian selatan Pulau Tanimbar. Oleh karena itu, pada tahun 2016, area ini dicadangkan menjadi Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) Kabupaten Maluku Tenggara Barat melalui SK Nomor: 523 – 246 seluas 783.806 hektar. Perlindungan ekosistem melalui pembentukan kawasan konservasi perlu didukung salah satunya dengan adanya pemantauan kesehatan ekosistem terumbu karang yang rutin. Tujuannya adalah untuk melihat perubahan kondisi ekosistem terumbu karang terhadap pengelolaan kawasan konservasi. Hasilnya diharapkan dapat menilai dampak pengelolaan serta memberikan rekomendasi yang adaptif.

Pengumpulan kondisi ekosistem terumbu karang di KKP3K Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan perairan sekitarnya dilakukan dalam sebuah ekspedisi yang dinamakan ekspedisi Yamdena (#XPDCYAMDENA). Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 30 Oktober – 11 November 2017 dengan melibatkan peneliti dari Dinas Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon, Universitas Pattimura, dan Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia. Ekspedisi ini mengumpulkan data repetisi (T1), sedangkan data dasar (T0) kondisi ekosistem terumbu karang di kawasan ini telah dikumpulkan oleh Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia pada tahun 2014. Metode yang digunakan adalah titik garis menyinggung (Point Intercept Transect - PIT) dengan panjang transek 3 x 50 meter dan sensus visul bawah air (Underwater Visual Census - UVC) sepanjang 5 x 50 meter untuk melihat persentase tutupan karang keras serta kelimpahan dan biomassa ikan karang.

Hasil analisa menunjukan kondisi ekosistem terumbu karang di kawasan kabupaten Maluku Tenggara Barat tahun 2017 masih sehat karena masih didominasi oleh karang keras (40%) serta kelimpahan dan biomassa ikan karang yang lebih tinggi daripada rata-rata di SBS, yaitu berturut-turut 7271 ind/ha dan 1334 kg/ha. Namun, kondisi ini menurun dari kondisi pada tahun 2014. Setelah 3 tahun, terjadi peningkatan persentase alga dan pecahan karang, dan penurunan substrat tersedia yang cukup signifikan. Kondisi ikan pun mengalami hal yang sama yaitu penurunan kelimpahan ikan karang hingga 4 kali lipat serta biomassa ikan yang menurun hingga

setengahnya. Hal ini diindikasikan sebagai dampak dari penangkapan ikan yang merusak dan tidak bertanggung jawab. 

Kawasan konservasi yang dikelola secara efektif dapat memberikan 5 manfaat, salah satu diantaranya adalah perbaikan stok perikanan (Estradivari, 2016). Oleh karena itu, untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi, direkomendasikan untuk melakukan pencadangan ulang KKP3K Kabupaten MTB oleh pemerintah Provinsi, pembentukan Lembaga pengelolaan, percepatan penetapan rencana pengelolaan dan zonasi, peningkatan patroli dan penegakkan aturan, serta penyusunan regulasi harvest control rule.


History