figshare
Browse
Sartin et al. 2016.pdf (1.82 MB)

Pengamatan Komunitas Bentik dan Ikan Target di Kawasan Konservasi Perairan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara (Teluk Staring), Taman Wisata Alam Teluk Lasolo, dan Perairan Sekitarnya

Download (1.82 MB)
journal contribution
posted on 2018-08-14, 15:49 authored by J. Sartin, D. Prabuning, Amkieltiela Amkieltiela

Provinsi Sulawesi Tenggara termasuk dalam Southern-Eastern Sulawesi Subseascape (SESS). Sebagian besar kawasan ini, yaitu 74 persen (110.000 km2) merupakan perairan. Hingga saat ini, Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki 12 kawasan konservasi, baik yang berada dibawah kewenangan Kementerian Kelautan dan Perikanan maupun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Untuk meningkatkan perlindungan terhadap ekosistem dan spesies penting, maka perlu dibentuk jejaring KKP. Hal ini sudah mulai diinisiasi oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara sejak Tahun 2015. Hasil kajian Musthofa, et al. (2016) merekomendasikan dibentuknya 3 (tiga) cluster jejaring KKP, salah satunya adalah jejaring antara Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara (Teluk Staring) dan Taman Wisata Alam (TWA) Teluk Lasolo hingga Pulau Wawonii. Area inilah yang menjadi fokus pengambilan data Ekspedisi Sulawesi Tenggara 2016. Pengambilan data dilakukan untuk menilai status dan tren ekosistem terumbu karang antar waktu untuk menghasilkan rekomendasi pengelolaan yang adaptif. Ekspedisi Sulawesi Tenggara dilakukan pada tanggal 14 hingga 25 Oktober 2016 di 38 titik yang tersebar di dalam maupun di luar kawasan konservasi. Data yang dikumpulkan mencakup karakteristik lokasi, tutupan bentik (PIT), serta kelimpahan dan biomassa ikan karang (UVC dan Long Swim). Metode yang digunakan mengacu pada “Protokol Pemantauan Kesehatan Terumbu Karang WWF-Indonesia” (Amkieltiela & Wijonarno, 2015) pada kedalaman 10 meter sejajar garis pantai. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa persentase tutupan karang keras di dalam KKPD Provinsi Sulawesi Tenggara (Teluk Staring), TWA Teluk Lasolo, dan luar kawasan konservasi berturut-turut adalah 49 + 6.35%; 44 + 4.84%; dan 36 + 3.45%. Selain tutupan karang keras, persentasi pecahan karang menjadi salah satu kategori yang diperhatikan. Pecahan karang merupakan salah satu indikator adanya praktek perikanan yang merusak yang juga dapat memperlambat proses pemulihan terumbu karang karena kondisinya yang tidak stabil sebagai lokasi pelekatan planula karang. Pecahan karang ditemukan diseluruh kawasan dengan rentang 2.3 – 35.3%. Pecahan karang diatas 10% ditemukan di 27 lokasi, yaitu 3 lokasi di dalam KKPD Provinsi Sulawesi Tenggara (Teluk Staring), 8 lokasi di dalam TWA Teluk Lasolo, dan 16 lokasi di luar kawasan konservasi. Oleh karena itu, perlu adanya langkah untuk menstabilkan substrat khususnya kawasan dengan tutupan pecahan karang yang cukup tinggi. Informasi lainnya yang dikumpulkan adalah kelimpahan dan biomassa ikan karang. Analisa terhadap kelimpahan dan biomassa ikan karang dilakukan untuk 16 famili dan 6 famili. 16 famili ikan target pengamatan meliputi Acanthuridae, Scaridae/Scarini, Siganidae, Labridae, Serranidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Caesionidae, Haemulidae, Nemipteridae, Sphyraenidae, Carcharhinidae, Sphyrnidae, Dasyatidae, Scombridae, dan Carangidae. Rerata kelimpahan 16 famili ikan karang di KKPD Provinsi Sulawesi Tenggara (Teluk Staring), TWA Teluk Lasolo, dan luar kawasan konservasi berturut-turut adalah 5670 + 2294 individu/ha; 3544 + 956 individu/ha; dan 3544 + 956 individu/ha. Sedangkan rerata biomassanya adalah 387 + 96 kg/ha; 456 + 146 kg/ha; dan 266 + 51 kg/ha. 6 famili ikan karang yang di analisa terdiri atas Lutjanidae, Serranidae, Haemulidae, Acanthuridae, Scaridae, dan Siganidae. Rerata kelimpahan 6 famili ikan karang di KKPD Provinsi Sulawesi Tenggara (Teluk Staring), TWA Teluk Lasolo, dan luar kawasan konservasi berturut-turut adalah 1090 + 250 individu/ha; 1499 + 637 individu/ha; dan 732 + 115 individu/ha. Sedangkan rerata biomassanya adalah 204 + 48 kg/ha; 326 + 133 kg/ha; dan 177 + 38 kg/ha. Hal menarik lainnya adalah tim juga menemukan bintang laut mahkota berduri (crown-of-thorns starfish) di 23 dari 38 lokasi. Perlu adanya pengendalian masukan nutrient dari daratan (run-off) dan sedimentasi untuk menekan ledakan populasi dan kelulushidupan larva bintang laut mahkota berduri, serta perlu dilakukan pengendalian populasi bintang laut mahkota berduri.


History

Usage metrics

    Licence

    Exports

    RefWorks
    BibTeX
    Ref. manager
    Endnote
    DataCite
    NLM
    DC