figshare
Browse
Sartin et al 2017.pdf (6.56 MB)

Pemantauan Kesehatan Karang Taman Nasional Komodo

Download (6.56 MB)
journal contribution
posted on 2018-08-20, 19:01 authored by J. Sartin, Khaifin Khaifin, Amkieltiela Amkieltiela

WWF-Indonesia menerapkan pendekatan ecoregional sejak tahun 2014 yang membagi wilayah Indonesia menjadi 3 bentang laut prioritas, salah satunya adalah Bentang Laut Sunda Banda (Sunda Banda Seascape – SBS). SBS terbagi lagi menjadi 3 sub-seascape, salah satunya adalah Lesser Sunda Subseascape (LSS). LSS mencakup 3 provinsi, yaitu Bali, NTB, dan NTT. Taman Nasional Komodo, Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu kawasan di LSS yang sudah tidak asing lagi di mata dunia. Kawasan ini memiliki sekitar 253 spesies karang, 1.000 spesies ikan, serta diperkaya juga dengan adanya dugong, paus, lumba-lumba, penyu, dan sejumlah biota dilindungi lainnya (Erdmann, 2004). Namun, kawasan ini tidak terlepas dari ancaman manusia, yaitu pemanfaatan yang merusak dan berlebih, serta perubahan iklim (Burke, et al., 2012). Untuk mengukur efektifitas pengelolaan terhadap kondisi kesehatan terumbu karang, maka perlu dilakukan pemantauan rutin setiap 2-3 tahun sekali. Informasi ini akan digunakan untuk menilai dampak pengelolaan kawasan konservasi terhadap kondisi kesehatan terumbu karang. Oleh karena itu, WWF-Indonesia bersama Yayasan Taka melakukan Pengamatan Kesehatan Terumbu Karang yang mencakup data bentik serta biomassa dan kelimpahan ikan karang sesuai dengan Protokol Pemantauan Kesehatan Terumbu Karang di Kawasan Konservasi Perairan WWF-Indonesia (Versi 2) (Amkieltiela & Wijonarno, 2015). Pengamatan ini dilakukan di 18 lokasi di dalam dan di luar Taman Nasional Komodo dari tanggal 28 November – 3 Desember 2016. Hasil pengamatan menunjukkan Rerata tutupan karang keras tertinggi ditemukan di Zona Larang Tangkap yaitu sebesar 31 + 8%. Tutupan pecahan karang cukup tinggi ditemukan di Zona Pemanfaatan dan Luar Kawasan Konservasi, yaitu berturut-turut 37% dan 25%. Analisa 16 famili ikan target menunjukkan rerata kelimpahan di Zona Larang Tangkap, Zona Pemanfaatan, dan Luar Kawasan Konservasi berturut-turut adalah 867 + 240 ind/ha; 1.006 + 193 ind/ha; dan 1.343 + 262 ind/ha. Sedangkan rerata biomassa ikan karang di ketiga lokasi tersebut adalah 264 + 127 kg/ha; 255 + 74 kg/ha; dan 458 + 147 kg/ha. Analisa kelimpahan dan biomassa ikan karang juga dilakukan kepada 6 famili, yaitu Lutjanidae, Serranidae, Haemulidae, Acanthuridae, Scaridae, dan Siganidae. Rerata kelimpahan di Zona Larang Tangkap, Zona Pemanfaatan, dan Luar Kawasan Konservasi berturut-turut adalah 605 + 139 ind/ha; 829 + 207 ind/ha; dan 741 + 137 ind/ha. Rerata biomassa di Zona Larang Tangkap sebesar 183 + 77 kg/ha; Zona Pemanfaatan sebesar 209 + 68 kg/ha; dan Luar Kawasan Konservasi sebesar 226 + 69 kg/ha. Rekomendasi yang dihasilkan adalah meningkatkan intensitas patroli untuk mengurangi praktek penangkapan ikan yang merusak, seperti penggunaan bahan peledak dan potassium serta peningkatan pemasangan mooring buoy secara permanen.

History

Usage metrics

    Licence

    Exports

    RefWorks
    BibTeX
    Ref. manager
    Endnote
    DataCite
    NLM
    DC